Suaramerdeka.com / Septina Nafiyanti / 28 April 2020 | 00:13 WIB
Untuk memotivasi masyarakat agar lebih giat menimba ilmu, Pesantren Ummul Quro, Jepara menerapkan manajemen ganda, yakni salafi dan modern. Dengan manajemen ini, pesantren wisata bisa diwujudkan.
SETELAH Shalat Subuh berjamaah, membaca wirid, dan kajian Al-Qur’an serta kitab kuning, beberapa santri tampak bergegas dan bersiap berangkat ke sekolah-sekolah umum.Para santri Pesantren Ummul Quro di Desa Pecangaan Kulon RT 05 RW I, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara ini memang diberi kebebasan jika ingin tetap menempuh pendidikan umum. Terlebih, pesantren di bawah asuhan KH Mashudi ini menerapkan manajeman ganda, yakni salafi (tradisi pesantren) dan ‘ashri (modern). KH Mashudi sendiri mendirikan pesantren tersebut karena kecintaannya terhadap ilmu agama dan lingkungan pesantren yang pernah dia rasakan ketika masih menimba ilmu dahulu.
Konsep pesantren dibuat agar mampu mengikuti perkembangan masyarakat dalam berbagai lini kehidupan. Tujuannya, memotivasi masyarakat agar mau menuntut ilmu secara seimbang, yakni ilmu umum dan ilmu agama. Sebagai wujud dari upaya tersebut, pesantren dioperasikan dengan menejemen ganda, yakni tradisional dan modern. Dengan pendekatan inilah, pengelola bisa mewujudkan pesantren wisata, yakni mampu membuat pihak lain tertarik sehingga mau berkunjung dan betah berada di lingkungan pesantren. Setelah itu, mengkaji ilmu-ilmu dan keterampilan yang ada di pesantren.
Transfer Ilmu
Desain pesantren ini membuat transfer ilmu menjadi lebih mudah. Ilmu dari pesanten juga bisa menjadi kontrol bagi santri saat menerima pengaruh dari dunia luar. Pondok pesantren yang berdiri di atas tanah seluas 675 meter persegi tersebut, terdiri atas pondok putra dan putri. Kedua lokasi dipisahkan oleh aula, mushala, dan laborat hukum. Lokasi pondok pesantren juga dekat dengan berbagai lembaga pendidikan formal di Kecamatan Pecangaan. Hal ini memungkinkan santri menempuh pendidikan di sekolah-sekolah formal sehingga mendapatkan manfaat ganda.
Sebagian santri merupakan siswa-siswi unit pendidikan di lingkungan Yayasan Walisongo Pecangaan, SMA Negeri Pecangaan, dan SMP 2 Pecangaan. Selain itu, ada juga masyarakat pecinta ilmu-ilmu pesantren di Kabupaten Jepara dan sekitarnya. Mereka turut belajar dan mengaji langsung di pesantren, baik sebagai santri mukim maupun santri kalong.
Total santri yang saat ini belajar mencapai 150 orang. Mereka belajar bersama empat ustadz dan satu pengasuh pesantren. Pesantren Ummul Quro Pecangaan melaksaanakan berbagai kegiatan pendidikan keagamaan, mulai dari tahfidz Qur’an, pengajian Al-Qur’an untuk anak-anak dan remaja, Pengajian Al-Qur’an bittaghanni (dengan lagu), TPQ dewasa, pengajian kitab kuning hingga istighotsah. Perkembangan pesantren tak lepas dari kegigihan sang pengasuh Dr KH Mashudi MAg. Kiai kelahiran Brebes, 21 Januari 1968 itu, mulai mendirikan Pondok Pesantren Ummul Quro pada tahun 2000. Tepatnya setelah menikah dengan Nyai Hj Siti Mahmudah.
Sosok kiai muda ini sangat aktif dalam berorganisasi, terutama di bawah bendera besar Nahdlatul Ulama (NU). Sejak menjadi pelajar, dia aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Ketika kuliah di Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Jepara pada 1989, dia menjadi Senat Fakultas dan aktif di PMII. Di luar kampus, dia juga aktif di Anshor Pecangaan. Lulus kuliah sebagai lulusan terbaik pada tahun 1995, KH Mashudi langsung berkhidmad di Inisnu. Ia turut mengajar di kampus tersebut. Pada tahun 1998 ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di IAIN Walisongo Semarang. Sang kiai pun melanjutkan pendidikan strata tiga di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan lulus pada 2011.
Hingga kini, KH Mashudi masih sebagai dosen di UIN Walisongo Semarang dan di UNISNU Jepara. Di luar mengajar di kampus dan pesantren, KH Mashudi juga memimpin MUI Jepara untuk periode kedua 2019-2024. Ayah tiga anak ini juga didapuk memimpin forum komunikasi umat beragama (FKUB) Kabupaten Jepara sejak 2014 hingga sekarang. Di NU, ia menjadi akhwan PWNU Jateng dan sekjen Jam’iyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman) yang merupakan salah satu badan otonom PBNU.
Artikel Asli : https://www.suaramerdeka.com/news/nasional/227367-terapkan-pesantren-wisata