Cnnindonesia.com / CNN Indonesia / 01 April 2021, 10:09 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Deputi Bidang Pengembangan Destinasi II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar) Wawan Gunawan menilai Provinsi Gorontalo ialah destinasi wisata pengamatan hiu paus yang terbaik di Indonesia.
“Ini dapat dilihat dari aspek aksesibilitas yang dekat dari bibir pantai dan dekat dari ibu kota provinsi,” katanya saat berkunjung ke lokasi wisata hiu paus di Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Rabu (31/3), seperti yang dikutip dari ANTARA.
Ia bersama sejumlah pejabat Kemenpar berkesempatan melihat dari dekat hiu paus di Gorontalo, yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Jarak dari ibu kota Gorontalo ke lokasi juga hanya ditempuh sekitar 30 menit.
Wawan Gunawan mengaku sangat terkesan saat melihat empat ekor hiu paus meliuk-liuk mengitari perahu yang ditumpangi rombongan.
“Wisata hiu paus di Indonesia hanya tiga, di Berau Kalimantan, Teluk Cendrawasih di Papua dan di Gorontalo. Saya sudah dua kali ke Berau tidak ketemu hiu paus. Saya ke Teluk Cenderawasih lokasinya jauh, sehingga kepala dinasnya tidak merekomendasikan. Di sini dengan durasi waktu sangat singkat kita bisa melihatnya. Saya kira ini sangat luar biasa,” katanya.
Ia lanjut menjelaskan, destinasi wisata pengamatan hiu paus di Gorontalo itu harus terus dijaga dan dilestarikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Rifli Katili menyebut pemerintah daerah sudah menetapkan kawasan wisata hiu paus sebagai kawasan yang dilindungi.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Daerah Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).
“Pengembangan destinasi wisata hiu paus juga sudah memiliki ‘master plan’ sejak tahun 2016 lalu. Meski begitu, tantangannya bagaimana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) harus selesai,” demikian Rifli Katili.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, mengutip Lonely Planet, Ben Pearson dari World Animal Protection mengatakan kalai operator wisata yang baik ialah yang menawarkan kegiatan wisata pengamatan alam liar langsung di habitatnya, sehingga tak ada fauna yang dikurung atau dilatih untuk jinak.
Turis juga dilarang berinteraksi terlalu dekat dengan satwa, sehingga mereka bisa memperlihatkan karakternya secara alami.
Bisa berada dekat hewan liar tentu saja menjadi keinginan sebagian besar turis. Perasaan seperti itu disebut hipotesis biofilia, yang berarti manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk mencari hubungan dengan alam.
Tapi menjauhkan manusia dari flora atau fauna di alam liar sebenarnya menjadi hal terbaik yang bisa dilakukan untuk kelestariannya.
“Jika tempat pariwisata menawarkan kesempatan untuk menunggangi, menyentuh, atau berswafoto dengan hewan liar, kemungkinan besar hewan tersebut diperlakukan dengan kejam,” kata Pearson.
Suguhan kegiatan lebih dekat dengan flora atau fauna biasanya menjadi slogan objek wisata alam liar. Padahal, interaksi yang disebut “greenwashing” tersebut tak melulu baik.
Salah satu contohnya adalah berenang dengan biota laut liar yang diberi umpan atau diberi makan untuk mendekatkannya dengan manusia.
Industri wisata pengamatan hiu paus di Oslob di Filipina, misalnya, telah dianggap berhasil mengangkat masyarakat lokal keluar dari kemiskinan, tetapi fakta bahwa hiu paus hanya berkumpul di sana karena terbiasa diberi makan telah mendorong para konservasionis untuk mempertanyakan usaha kelestarian alamnya.
Artikel Asli : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401100357-269-624806/kemenpar-wisata-pengamatan-hiu-paus-di-gorontalo-terbaik